Friday, February 1, 2013

Pendarahan dan Shock

Pendarahan
Pendarahan terjadi akibat rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat disebabkan oleh ruda paksa (trauma) atau penyakit


Klasifikasi Sumber Pendarahan/ Golongan Pendarahan

    1.  Pendarahan Nadi (Arteri)
  •  Berasal dari nadi atau arteri
  • Keluarnya memancar seirama denyut nadi
  • Berwarna merah terang 

     2.  Pendarahan Balik (Vena)
  • Darah keluar mengalir
  • Berwarna merah gelap
    3.  Pendarahan Rambut (Kapiler)
  •  Darah keluar merembes
  •  Darah berwarna merah gelap

Jenis - Jenis Pendarahan 
  1. Pendarahan Luar      : Pendarahan yang tampak dan jelas terlihat darah keluar.
  2. Pendarahan Dalam   : Pendarahan yang biasanya tak terlihat dan kulit tampak rusak,  kadang-kadang terlihat dibawah permukaan kulit berupa memar.

Penanganan


A. Perlindungan Terhadap Infeksi pada Penaganan Pendarahan :
  • Gunakan APD.
  • Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberi perawatan.
  • Buang bahan yang telah ternoda.
B. Mengendalikan Pendarahan Luar
  • Tekan langsung (5 - 10 menit)
  • Elevasi (dilakukan bersamaan dengan tekan langsung)
  • Tekan pada titik tekan
  • Dengan imobilisasi/ tanpa bidai/ torniket

Perawatan Pendarahan
  1. Tenangkan penderita
  2. Baringkan dan istirahatkan penderita
  3. Gunakan tekakan langsung
  4. Tekan sampai pendarahan terkendali (jangan melepaskan balutan pertama)
  5. Buka jalan nafas dan pertahankan
  6. Perawatan shock jika ada
  7. Periksa berkala nafas dan denyut nadi
  8. Jangan makan dan minum
  9. Rawat cedera lain
  10. Berikan oksigen dan rujuk

  Shock

Shock adalah dimana sistem peredaran darah (sirkulasi)
 gagal mengirimkan darah yang mengandung oksigen dan nutrisi ke organ vital.


Penyebab
  1. Kegagalan jantung memompa darah
  2. Kehilangan darah dalam jumlah besar
  3. Penyebaran pembuluh darah yang luas
  4. Kekurangan cairan tubuh

 Tanda
  • Pernafasan      : Cepat dan dangkal
  • Nadi               : Lemah dan cepat
  • Kulit               : Pucat, dingin, dan lembab
  • Wajah            : Pucat dan sianosis pada bibir, lidah, dan telinga
  • Mata               : Pandangan hampa dan pupil melebar

Gejala
  • Mual dan mungkin muntah
  • Haus
  • Lemah
  • Pusing
  • Gelisah
  • Perubahan pada status mental

Penangan
  • Bawa penderita ke tempat teduh dan aman
  • Tidurkan telentang, naikkan tungkai setinggi 20 - 30 cm
  • Pakaian dilonggarkan
  • Beri selimut
  • Tenangkan pendrita
  • Pastikan jalan nafas dan pernafasan baik
  • Kontrol pendarahan dan rawat cedra lain
  • Beri oksigen sesuai protokol
  • Jangan beri makan dan minum
  • Periksa berkala tanda vital
  • Rujuk ke fasilitas kesehatan

Jean Henry Dunant : Bapak Palang Merah Dunia


 
Henry Dunant lahir di Jenewa, Swiss pada 8 Mei 1828. Orang tuanya sangat menekankan kegiatan sosial. Pada usia 18 tahun dia terpaksa meninggalkan College Calvin karena prestasi akademisnya buruk.
Pada tahun 1853, Dunant mengunjungi Aljazair, Tunisia. Kemudian dia melakukan perjalanan ke Solferino untuk bertemu secara pribadi dengan Napoleon III.
Dunant tiba di Solferino pada petang hari tanggal 24 Juni 1859, tepat ketika pertempuran baru selesai. Sekitar 38 ribu prajurit bergeletakan di medan tempur dalam keadaan terluka, sekarat, atau tewas, dan tidak tampak ada upaya yang berarti yang dilakukan untuk memberikan perawatan kepada mereka. Dalam keadaan terguncang melihat pemandangan itu, Dunant berinisiatif mengerahkan penduduk sipil setempat, terutama kaum perempuan, untuk memberikan pertolongan kepada para prajurit yang terluka dan sakit. Karena persediaan alat-alat dan obat-obatan yang diperlukan tidak memadai, Dunant sendiri mengatur pembelian material yang dibutuhkan itu serta membantu mendirikan rumah sakit darurat. Dia berhasil meyakinkan penduduk setempat untuk melayani para korban luka tanpa melihat di pihak mana mereka bertempur, sesuai dengan slogan “Tutti fratelli” (Kita semua bersaudara) yang diciptakan oleh kaum perempuan dari kota Castiglione Delle Stiviere tak jauh dari tempat itu.
Sekembalinya ke Jenewa pada awal bulan Juli, Dunant memutuskan menulis sebuah buku tentang pengalamannya itu, yang kemudian dia beri judul Un Souvenir de Solferino (Kenangan Solferino). Dia juga mengemukakan gagasan tentang perlunya dibentuk sebuah organisasi netral untuk memberikan perawatan kepada prajurit-prajurit yang terluka.
Dunant juga memulai perjalanan ke seluruh Eropa untuk mempromosikan gagasannya. Buku tersebut mendapat sambutan yang sangat positif. Dunant mendirikan Komite Internasional Palang Merah (ICRC) pada 17 Februari 1863.
Pada tahun 1901, Dunant menerima Hadiah Nobel Perdamaian pertama yang pernah dianugerahkan, yaitu atas perannya dalam mendirikan Gerakan Palang Merah Internasional dan mengawali proses terbentuknya Konvensi Jenewa.
Dunant tinggal di panti jompo di Heiden hingga akhir hayatnya pada 30 Oktober 1910. Hari ulang tahunnya, 8 Mei, dirayakan sebagai Hari Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Sedunia. Panti jompo di Heiden yang dulu menampungnya itu sekarang menjadi Museum Henry Dunant.